Minggu, 01 Juni 2014

Awkward Moment : Kurang-kuranginlah!

Ehm.. agak bingung sih menjelaskan ke bahasa Indonesia arti kata 'awkward' sendiri. Mungkin setelah membaca cerita ku dari film ini, kamu bisa menerjemahkannya sendiri :)

Salah dua alasan kenapa aku mau nonton film 'Awkward Moment' adalah : Zac Efron sebagai pemeran utamanya dan... karena Zac Efron seksinya luar biasa *maaf, ini opini pribadi yang berlebihan hehe.

Setelah nonton, aku juga ga nyesel kok dengan jalan ceritanya, kisah pertemanan, apalagi percintaannya. Menarik, layak ditonton! Dan intisarinya bisa dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari lho.

Pertemanan Jason (Zac Efron), Daniel (Miles Teller), dan Mickey (Michael B. Jordan) ini seperti bro-mance. Terbuka dan jujur apa adanya dengan masalah hati mereka. Ada saran yang membawa mereka ke realita atau justru saran yang membawa mereka pada bencana. Bukan generalisasi pertemanan pria ya, tapi pertemanan wanita juga banyak kok yang seperti ini. 

Film dengan genre drama-comedy ini membawa aku pada fakta soal makna awkward, antara lain :

1. Saat sering memberikan saran untuk masalah teman, dan ya... aku belum tentu bisa menerapkan. 
2. Saat sering memberikan wejangan dari persoalan seseorang, dan ya... aku belum tentu pernah merasakan.

Awkward sih. Mungkin aku atau kamu adalah tipe orang yang good-listener. Jadi, ga heran kalau sering jadi tempat curhat semua orang. Tapi bukan berarti kita harus jadi yang paling tau lho. Dengan tidak memposisikan kita yang lebih baik atau lebih tau akan membuat kehidupan ke depannya lebih tanpa beban. Orang yang diberikan wejangan akan merasa sungkan untuk membalikkan saran / wejangan yang kita ucapkan saat kita ada dalam masalah yang sama nantinya. 

Point of view tulisan ini adalah buat aku atau kamu yang sering menjadi seolah-olah pemberi solusi, atau ketenangan layaknya konsultan. Saat jadi tempat curhat, seringkali kita memberikan arahan solusi dengan berbagai pertimbangan :

a. "ya kalau gue jadi lo sih.. gue bakal bla bla bla ~"
b. "ehm.. kalau waktu itu sih gue kaya gini - gitu bla bla bla ~ ya"
c. "menurut gue sih baiknya lo gini.. lo sendiri kan orangnya juga gitu dan bla bla bla ~"

Sedikit mungkin bisa terhitung jari orang yang bisa menyikapi masalah orang dengan : 

"lo mau ya lo kejar. lo ga mau ya udah ga usah dibahas. Semakin dibahas semakin ga mutu." >> pernyataan ini malah dianggap ga mau tau cerita detailnya atau malah ga mau bantu masalahnya. 

Tapi setelah melakukan beberapa percobaan, cara ini justru lebih objektif. Si yang punya masalah jadi bisa mikir sendiri harus gimana menghadapinya. Karena sampai berbusa pun, kita cuma jago di omongan dan belum tentu bisa bantu masalahnya lewat tindakan. 

Jadi, kesimpulannya biar ga awkward lagi... 

"Sebelum berucap dalam membantu masalah orang, ingat kalau mulutmu itu kacamu. Menunjukkan dirimu sebenernya saat kamu dalam masalah yang sama atau kata-kata itu akan kembali padamu lebih kejam dari awalnya," - by me